STRATEGI PEMBELAJARAN KONSEP


Sejak manusia dilahirkan sampai dengan meninggal, di dalam nalarnya terdapat berbagai macam konsep. Konsep memberikan pengertian bermakna dan konsep merupakan sesuatu yang vital untuk mengorganisir dan membuat struktur pemahaman kita tentang dunia yang kita diami. Sesuatu hal yang tidak mungkin, apabila kita berpikir tentang sesuatu tanpa konsep. Konsep dapat menolong kita menjalani kehidupan, untuk belajar, dan untuk melihat sesuatu dalam menggeneralisasikan suatu pola. Dalam uraian ini, kita akan mengkaji tentang jenis-jenis konsep, pentingnya suatu konsep untuk pembelajaran dan pemahaman pribadi, dan hakekat atribut, prototype, dan contoh-contoh. Nilai dari suatu pemetaan konsep memberikan suatu pengertian dan struktur bermakna, dan dibutuhkan oleh para pembelajar untuk menguraikan ketersebaran dan keterbacaan dari suatu soal ujian.
Apakah konsep itu? Jika kita memiliki sesuatu, kita dapat menceriterakan kepada seseorang apakah objek konkrit yang kita lihat, seperti meja, topi, atau cangkir. Kita dapat memberikan pemahaman, dapat mendefinisikan ide-ide, seperti persahabatan, atau demokrasi. Kita dapat mendefinisikan peristiwa-peristiwa, se perti perang dan konferensi atau kedudukan kelas dalam masyarakat, Kaukasian atau Aboriginal. Masing-masing adalah suatu konsep. Nama konsep adalah label konsep yang kita katagorikan sebagai objek, ide-ide, peristiwa-peristiwa atau masyarakat.
Apakah Anda pernah mengatakan, “saya tidak memiliki suatu konsep dari apa yang Anda katakan” atau “dapatkah Anda mengkonseptualisasi batas-batas perjalanan kita” Istilah popular yang kita gunakan berbeda dengan istilah yang digunakan dalam paedogical. Dalam dunia pendidikan, suatu konsep adalah suatu katagori atau sekumpulan objek-objek, kondisi-kodisi, peristiwa-peristiwa, atau proses, yang dapat dikelompokkan berdasarkan kesamaan dan digambarkan dengan suatu kata atau symbol lain atau image. Apabila kita menemui sesuatu. Contoh, sebuah meja, kita dapat mengenal meja karena karakteristik kuncinya, atau atributnya, kita berpikir terutama tentang fungsi meja tentunya berbeda dalam hal cara pandangnya dari meja lain yang kita lihat. Kita mengetahui meja adalah tempat duduk, sedangkan di sekolah meja adalah tempat studi, membaca, atau menulis. Warna, tinggi, atau bahan yang dibuatnya dari suatu meja tidak begitu penting untuk mengenal suatu meja. Apabila kita katakan, “seseorang sedang duduk di mejaku,” orang yang mengatakan itu mengetahui konsep bahwa itu adalah meja. Konsep memiliki label konsep atau definisi formal atau definisi informal yang digambarkan dalam bentuk suatu kata, symbol atau gambaran mental.
Apakah konsep itu penting? Konsep bagi kehidupan manusia adalah sangat penting. Dengan memahami konsep kita dapat mengenal dunia, mengorganisasi sesuatu dan juga kita dapat belajar. Konsep adalah konstruksi mental atau image yang disederhanakan dalam usaha pembelajaran kita dan memberikan fasilitas berpikir dan berkomunikasi. Konsep adalah essensi untuk dipahami (comprehension), meningkatkan ingatan, dan memiliki gambaran fungsional untuk komunikasi, dan membantu mentransfer dalam pembelajaran.
Dahar (1996) menyatakan bahwa, “ada dua pendekatan teori mengenai belajar konsep yaitu: (1) Melalui pendekatan perilaku, dan (2) Pendekatan kognitif.”
Caroll (Dahar, 1996) menyarankan bahwa, “Pendekatan kombinasi antara induktif dan deduktif akan lebih baik daripada jika hanya menggunakan salah satu dari pendekatan itu.” Disamping itu, Caroll (Dahar, 1996), lebih menekankan perbedaan belajar konsep dalam laboratorium dan belajar konsep di sekolah. Lebih lanjut Caroll mengemukakan perbedaan-perbedaan dalam kedua proses tersebut sebagai berikut:
“Kedua bentuk konsep berbeda dalam sifat. Konsep yang dipelajari di sekolah biasanya benar-benar merupakan konsep baru, bukan suatu kombinasi dari atribut-atribut yang dikenal. Konsep-konsep yang dipelajari di sekolah tergantung pada atribut-atribut yang berupa konsep-konsep sulit. Lagi pula konsep-konsep di sekolah biasanya bersifat verbal, dan tidak dapat disajikan secara konkret.Studi di laboratorium menekankan pada belajar konsep-konsep konjuktif, sudah dibuktikan mudah untuk dipelajari daripada konsep-konsep disjunktif atau konsep-konsep rasional.Studi di laboratorium pada umumnya menekankan pada pendekatan-pendekatan induktif tentang belajar konsep, sedangkan di sekolah sebagian besar dipelajari secara deduktif.”

STRATEGI BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN


Proses dimulai dengan suatu pernyataan apa yang akan dipelajari, menampilkan temuan tidak terbatas dan pertimbangan kemungkinan-kemungkinan, dan kesimpulan pola-pola pengertian yang didasarkan pada kejadian. Masuk dengan pikiran terbuka:

1. Jelaskan tujuan Anda, apa yang Anda ingin pelajari
Bereskan dan yakinkan subyek Anda dengan guru Anda atau ahli.

Topik dapat dengan frase yang sederhana:
"Peran Gender di dalam permainan video game”
"Sejarah Politik Perancis di antara Perang Besar pada paruh abad ke-20“
"Penanaman Pohon Mahogoni di Amerika Tengah”
"Peraturan Perpipaan Domestik di Daerah Pinggiran Kota”
"Kosa kata dan Struktur Kerangka Manusia”

2. Pikirkan apa yang Anda ketahui tentang subyek apa yang Anda sudah ketahui akan membantu Anda di dalam studi ini?Apa prasangka Anda?

3. Sumber apa yang penting untuk Anda, dan penentuan garis waktu Anda?

4. Memperoleh informasi. Menutup pikiran tidak akan membuka pilihan Anda dan peluang kesempatan.

5. Bertanyalah. Apa prasangka para pengarang terhadap informasi?

6. Aturlah apa yang Anda kumpulkan ke dalam pola-pola pemahaman. Carilah kaitannya

7. Ajukan pertanyaan (lagi)

8. Pikirkan bagaimana Anda akan mendemonstrasikan pelajaran Anda sesuai dengan topik Anda. Ya! Bagaimana Anda menciptakan ujian Tentang apa yang Anda pelajari?

Strategi untuk membaca secara kritis tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut pada diri anda sendiri:
a. Apa topiknya?
b. Kesimpulan apa yang diambil oleh pengarang tentang topik tersebut?
c. Alasan-alasan apa yang diutarakan pengarang yang dapat dipercaya?
• Hati-Hati dengan alasan yang tidak obyektif (misalnya kasihan, ketakutan, penyalahguaan statistik, dll) yang dapat menipu pembaca.
d. Apakah pengarang menggunakan fakta atau opni?
• Fakta dapat dibuktikan.
• Opini tidak dapat dibuktikan dan mungkin tidak mimiliki dasar yang kuat.
e. Apakah pengarang menggunakan kata-kata netral atau emosional?
• Pembaca kritis melihat di balik kata-kata untuk mengetahui apakah alasan-alasan jelas.

Kembangkan karakteristik Pemikir Kritis melalui tahapan berikut:
• Mereka jujur terhadap diri sendiri
• Mereka melawan manipulasi
• Mereka mengatasi confusion
• Mereka bertanya
• Mereka mendasarkan penilaiannya pada bukti
• Mereka mencari hubungan antar topik
• Mereka bebas secara intelektual